MATERI PENUGASAN

PELATIHAN DIALISIS RSKG HABIBIE BANDUNG ANGKATAN 43

Penyaji: Kelas A | Penugasan Hemodialisa

Dialyzer / Ginjal Buatan / Filter Darah

Sebuah alat yang berfungsi sebagai pengganti sementara fungsi ginjal dalam menyaring darah. Dialyzer menghilangkan produk limbah (seperti urea dan kreatinin), kelebihan elektrolit (seperti kalium), dan cairan dari darah pasien yang ginjalnya tidak berfungsi lagi.

Prinsip Fisika Utama

  • Difusi: Proses perpindahan zat terlarut (seperti urea, kreatinin) dari area dengan konsentrasi tinggi (darah pasien) ke area dengan konsentrasi rendah (cairan dialisat) melalui membran semi-permeabel. Ini adalah proses utama untuk membuang racun.
  • Ultrafiltrasi: Proses perpindahan cairan dari darah ke cairan dialisat yang disebabkan oleh perbedaan tekanan melintasi membran. Tekanan ini diciptakan oleh mesin dialisis dengan memberikan tekanan negatif pada kompartemen dialisat atau tekanan positif pada kompartemen darah. Ini adalah proses utama untuk membuang kelebihan air.

Bagian Utama Dialyzer

  1. Rumah (Housing): Casing atau selubung luar yang terbuat dari plastik transparan (biasanya polycarbonate atau polypropylene) yang tahan secara biologis dan mekanis. Berfungsi sebagai pelindung dan penopang struktur internal.
  2. Membran Semi-Permeabel: Jantung dari dialyzer. Membran ini memiliki pori-pori mikroskopis yang memungkinkan lewatnya molekul-molekul kecil (air, urea, elektrolit) tetapi menahan molekul besar seperti protein darah (albumin) dan sel-sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit). Jenis dan kualitas membran sangat menentukan efikasi dialisis.
  3. Kompartemen Darah (Blood Compartment): Ruang di mana darah pasien mengalir. Ruang ini dibentuk oleh sisi dalam dari serat membran (pada hollow fiber) atau antara dua lembar membran (pada parallel plate).
  4. Kompartemen Dialisat (Dialysate Compartment): Ruang di mana cairan dialisat (larutan pembersih khusus) mengalir. Cairan dialisat mengalir berlawanan arah (counter-current flow) dengan aliran darah untuk memaksimalkan gradien konsentrasi dan efisiensi difusi.

Proses Penggunaan dan Reuse

  • Single-Use: Sebagian besar pusat dialisis modern menggunakan dialyzer sekali pakai untuk meminimalkan risiko infeksi dan reaksi imun.
  • Reuse: Di beberapa fasilitas (terutama dengan keterbatasan sumber daya), dialyzer dapat digunakan kembali untuk pasien yang sama setelah melalui proses pembersihan dan sterilisasi yang sangat ketat dengan menggunakan bahan kimia seperti formaldehyde atau peracetic acid. Praktik ini sudah semakin jarang.

Karakteristik Teknis Elisio-15H

Kinerja Pembersihan (Clearance)

Data clearance menunjukkan seberapa efektif dialiser membuang zat-zat toksin dari darah pada kondisi aliran darah (Qb) 300 mL/min dan aliran dialisat (Qd) 500 mL/min.

Clearance (mL/min) Qf (mL/min) ELISIO-H
13H 15H 17H 19H 21H
Urea Qf 0 263 270 275 280 284
Qf 10 272 278 285 288 291
Qf 75 286 294 298 300 300
Kreatinin Qf 0 240 252 259 268 269
Qf 10 250 259 268 273 275
Qf 75 269 279 287 290 294
Fosfat Qf 0 224 233 245 251 256
Qf 10 230 241 254 258 265
Qf 75 253 262 271 277 281
Vitamin B12 Qf 0 161 173 185 195 198
Qf 10 165 180 190 200 206
Qf 75 196 213 225 234 243
Inulin Qf 0 97 109 117 127 138
Qf 10 102 112 121 132 145
Qf 75 131 141 152 159 173
Myoglobin Qf 0 78 89 96 101 103
Qf 10 80 90 98 107 111
Qf 75
KUF (mL/hr/mmHg) 64 67 74 76 82
KoA Urea (mL/min) 1010 1145 1265 1415 1569

Kinerja Pembersihan (Clearance)

• Molekul Kecil:

Urea (MW 60 Da): Clearance: 270 - 294 mL/min Sangat efisien. Membuktikan kemampuan excellent untuk membuang produk limbah nitrogen yang paling umum. Kreatinin (MW 113 Da): Clearance: 252 - 279 mL/min Sangat tinggi, menunjukkan kinerja yang kuat untuk molekul kecil.

• Molekul Menengah (Middle Molecules):

Fosfat (Phosphate, ~115 Da): Clearance: 233 - 262 mL/min Nilai yang sangat baik, crucial untuk mengontrol hiperfosfatemia pada pasien dialisis. Vitamin B12 (MW 1,355 Da): Clearance: 173 - 213 mL/min Nilai yang tinggi untuk molekul sebesar ini, menunjukkan kinerja high-flux yang baik. Inulin (MW 5,200 Da): Clearance: 109 - 141 mL/min Clearance yang signifikan, indikator yang baik untuk pembersihan molekul menengah yang lebih besar. Myoglobin (MW 17,000 Da): Clearance: 89 - 90 mL/min Nilai yang cukup baik untuk molekul besar, menunjukkan membran yang sangat "porous".

Koefisien Ultrafiltrasi

• Nilai: 67 mL/hr/mmHg

• Interpretasi: Nilai ini mengonfirmasi bahwa Elisio-15H adalah dialiser High-Flux. KUF yang tinggi berarti dialiser ini sangat efisien dalam mengeluarkan cairan berlebih dari darah (ultrafiltrasi) dalam waktu yang relatif singkat.

Koefisien Mass Transfer Area (KoA) untuk Urea

• Nilai: 1145 mL/min

• Interpretasi: KoA adalah ukuran efisiensi maksimum teoritis sebuah dialiser. Nilai yang tinggi (>600 umumnya dianggap efisien) menunjukkan bahwa Elisio-15H adalah dialiser yang sangat efisien. Pada kecepatan aliran darah yang optimal, dialiser ini dapat mendekati efisiensi maksimalnya dalam membersihkan urea.

Spesifikasi Fisik Elisio Series

Spesifikasi 13H 15H 17H 19H 21H
Luas Permukaan Efektif (m²) 1,3 1,5 1,7 1,9 2,1
Volume Priming (mL) 85 96 107 117 129
Panjang Efektif (mm) 245 259 271 281 290
Diameter Dalam (μm) 200 200 200 200 200
Tebal Membran (μm) 40 40 40 40 40
TMP Maksimum (mmHg) 500 500 500 500 500
Pressure Drop Darah (mmHg) 54 52 51 51 49
Pressure Drop Dialisat (mmHg) 32 29 31 28 26

• Luas Permukaan Efektif (Effective Surface Area): 1.5 m² - Ukuran mid-range, cocok untuk pasien dengan postur tubuh rata-rata.

• Volume Priming: 96 mL - Volume darah yang dibutuhkan untuk mengisi dialiser. Nilai ini cukup standar untuk dialiser dengan luas permukaan 1.5 m².

• Dimensi Serat:

o Diameter Dalam (Inner Diameter): 200 μm - Diameter yang relatif lebar membantu mengurangi resistensi aliran darah dan menurunkan risiko pembekuan.

o Tebal Membran (Membrane Thickness): 40 μm - Dinding serat yang tipis memungkinkan difusi toxin yang lebih cepat dan efisien.

• Tekanan Maksimum (Maximum TMP): 500 mmHg - Batas tekanan transmembran yang aman untuk operasi, memberikan ruang yang cukup untuk kontrol ultrafiltrasi bahkan pada kondisi yang menantang.

• Darah (Blood): 52 mmHg (pada Qb 200 mL/min) - Hambatan tekanan dalam kompartemen darah yang rendah, menunjukkan aliran darah yang lancar dan beban kerja yang lebih ringan untuk pompa darah mesin dialisis.

• Dialisat (Dialysate): 29 mmHg (pada Qd 500 mL/min) - Hambatan yang rendah pada sisi dialisat memastikan distribusi cairan pembersih yang optimal.

Sieving Coefficient (SC)

Mengukur kemampuan membran untuk melewatkan molekul tertentu. SC 1.00 berarti molekul dapat melewati membran dengan bebas.

Zat Sieving Coefficient Interpretasi
Vitamin B12 0.989 Hampir sempurna
Inulin 0.94 Sangat baik
Beta-2 Microglobulin (B2M) 1.00 Sempurna, ideal untuk mengurangi risiko amiloidosis
Myoglobin 0.61 Baik untuk molekul sebesar ini
Albumin 0.0017 Sangat rendah, mencegah malnutrisi

Kondisi Uji In-Vitro (EN ISO 8637-1)

Clearance: Qb 300mL/min, Qd 500mL/min

KUF: Bovine Blood (Hct 32±2%, Protein 60g/L, 37°C), Qb 300mL/min

KoA: Qb 300mL/min, Qd 500mL/min, Qf 0mL/min

Recommended connectors for blood ports according to EN ISO 8637-1

Note: Operation of the dialyzer under clinical conditions may produce values different from the in-vitro measurements. The POLYNEPHRON Polytethersulfone measurements are for approximate only. See in-vitro test conditions for explanatory markers. Further information may be obtained on request.

Keluhan Utama Pasien

Keluhan Utama untuk mendokumentasikan gejala-gejala uremia dan komplikasi ginjal yang dialami pasien. Gejala-gejala ini merupakan indikator klinis langsung yang mencerminkan ketidakseimbangan dalam tubuh akibat penurunan fungsi ginjal dan menjadi alasan utama dilakukannya prosedur dialisa.

SESAK NAPAS (DISPNEA)

Perasaan tidak nyaman atau kesulitan dalam bernapas yang dilaporkan oleh pasien.

Mekanisme Terjadinya pada Gagal Ginjal:

  • Overload Cairan (Volume Overload): Ginjal yang rusak tidak mampu mengeluarkan kelebihan air dan garam dari tubuh. Akumulasi cairan ini menyebabkan hipervolemia (kelebihan volume darah), yang kemudian bocor ke jaringan paru-paru (interstitial dan alveoli), mengakibatkan edema paru.
  • Asidosis Metabolik: Ginjal yang sehat berfungsi menyaring kelebihan asam dari darah. Pada gagal ginjal, asam tersebut menumpuk, menyebabkan kondisi yang disebut asidosis metabolik. Untuk mengkompensasi keasaman darah, tubuh meningkatkan frekuensi dan kedalaman napas sebagai upaya mengeluarkan asam dalam bentuk karbon dioksida (Pernapasan Kussmaul).

MUAL & MUNTAH

Perasaan ingin muntah (nausea) dan pengeluaran isi lambung secara paksa (vomiting).

Mekanisme Terjadinya pada Gagal Ginjal:

  • Akumulasi Toksin Uremik: Zat-zat seperti urea, kreatinin, dan asam organik yang seharusnya dibuang oleh ginjal menumpuk di dalam sirkulasi darah. Toksin ini dapat langsung merangsang Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di otak, yang merupakan pusat muntah. Selain itu, toksin juga dapat mengiritasi lapisan lambung secara langsung, menyebabkan gastritis uremik.

GATAL (PRURITUS UREMIK)

Sensasi tidak nyaman pada kulit yang memicu keinginan untuk menggaruk. Gatal pada pasien ginjal seringkali bersifat kronis dan generalisata.

Mekanisme Terjadinya pada Gagal Ginjal:

  • Gangguan Metabolisme Kalsium-Fosfor: Ginjal yang rusak tidak dapat mengeluarkan fosfor, menyebabkan hiperfosfatemia. Fosfor yang tinggi akan berikatan dengan kalsium dan membentuk kristal yang disimpan di kulit dan jaringan, merangsang ujung saraf dan menyebabkan gatal.
  • Kulit Kering (Xerosis): Kelenjar keringat dan kelenjar sebaceous pada pasien uremia sering tidak berfungsi optimal, menyebabkan kulit menjadi sangat kering dan mudah teriritasi.
  • Pelepasan Histamin dan Peradangan: Akumulasi toksin uremik dapat memicu sel mast (mast cells) di kulit untuk melepaskan histamin, suatu mediator yang menyebabkan gatal dan peradangan.

LAIN-LAIN

Keluhan-keluhan ini sama pentingnya untuk menilai kualitas hidup dan kecukupan dialisa.

  • Kelemahan Otot (Fatigue) dan Letih yang Sangat: Disebabkan oleh anemia, penumpukan toksin, dan malnutrisi.
  • Sakit Kepala: Dapat terkait dengan hipertensi yang tidak terkontrol, ketidakseimbangan elektrolit, atau efek dari toksin uremik pada sistem saraf pusat.
  • Kram Otot: Sering terjadi selama atau setelah hemodialisa, terutama akibat penurunan cairan (ultrafiltrasi) yang terlalu cepat atau ketidakseimbangan elektrolit seperti natrium dan kalsium.
  • Gangguan Tidur (Insomnia): Dapat disebabkan oleh gatal, restless leg syndrome (sindrom kaki gelisah), atau depresi yang sering menyertai penyakit kronis.
  • Perubahan Mental (Uremic Encephalopathy): Seperti sulit konsentrasi, penurunan daya ingat, atau kebingungan, yang merupakan tanda toksin uremik sudah memengaruhi fungsi otak.
  • Nyeri Tulang (Renal Osteodystrophy): Disebabkan oleh gangguan metabolisme kalsium dan fosfor serta hiperparatiroidisme sekunder.
  • Penurunan Nafsu Makan (Anoreksia): Akibat dari rasa mual, rasa metalik di mulut, dan efek toksin uremik pada pusat lapar di otak.

Parameter Klinis

Nyeri (NRS Scale)

Menggunakan Numerical Rating Scale (0-10) untuk menilai intensitas nyeri.

  • Ringan (1-3): Nyeri yang dapat ditoleransi dan tidak mengganggu aktivitas.
  • Sedang (4-6): Nyeri yang cukup mengganggu, membutuhkan intervensi non-farmakologi atau farmakologi.
  • Berat (7-10): Nyeri berat yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan aktivitas dan memerlukan penanganan intensif.
  • Jenis Nyeri: Akut (onset mendatang, durasi singkat) atau Kronik (berkepanjangan, >3 bulan).

Keadaan Umum

Penilaian subjektif tenaga medis terhadap kondisi fisik pasien secara keseluruhan.

  • Baik: Pasien tampak segar, responsif, dan tidak menunjukkan distress.
  • Sedang: Pasien tampak lemas, kurang nyaman, atau memiliki gejala ringan-sedang.
  • Buruk: Pasien tampak sangat lemah, distress, atau menunjukkan tanda-tanda kegawatan.

Kesadaran

Menilai tingkat kesadaran pasien berdasarkan skala kualitatif.

  • Compos Mentis: Sadar penuh, orientasi baik terhadap orang, tempat, dan waktu.
  • Apatis: Sadar namun acuh tak acuh, respon terhadap rangsangan berkurang.
  • Delirium: Gangguan kesadaran disertai kebingungan, agitasi, dan halusinasi.
  • Somnolen: Kesadaran menurun, cenderung tidur tetapi dapat dibangunkan dengan rangsang suara.
  • Sopor: Hanya dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri, tidak dapat berkomunikasi verbal.
  • Coma: Tidak dapat dibangunkan oleh rangsang apapun.

Parameter Vital & Pemeriksaan Fisik

Tekanan Darah, MAP, Suhu

  • Tekanan Darah: Diukur pre, intra, dan post HD untuk memantau stabilitas hemodinamik.
  • MAP (Mean Arterial Pressure): Tekanan perfusi koroner dan sistemik rata-rata. Target MAP selama HD biasanya >65 mmHg. Rumus: MAP = [Sistolik + (2 x Diastolik)] / 3.
  • Suhu: Pemantauan suhu tubuh penting untuk mendeteksi infeksi atau reaksi pirogen.

Nadi

Denyutan nadi yang teraba di pembuluh darah arteri akibat dari pompaan jantung yang mendorong darah ke seluruh tubuh.

  • Reguler/Ireguler: Menilai irama denyut jantung (misal: atrial fibrilasi akan ireguler absolut).
  • Frekuensi: Dicatat dalam denyut per menit (bpm). Normal: 60-100 bpm.

Respirasi

  • Normal: 16-20 kali per menit.
  • Kussmaul: Pernapasan dalam dan cepat, tanda kompensasi asidosis metabolik.
  • Dispnea: Sesak napas.
  • Edema Paru/Ronchi: Ditandai dengan suara "krek" pada auskultasi, indikasi overload cairan.
  • Frekuensi: Dicatat dalam kali per menit.

Konjungtiva

Menilai adanya anemia.

  • Tidak Anemis: Konjungtiva berwarna merah muda.
  • Anemis: Konjungtiva pucat.

Ekstrimitas

Menilai status cairan dan perfusi.

  • Tidak Edema/Dehidrasi: Status cairan normal (euvolemia).
  • Dehidrasi: Kulit turgor menurun, mata cekung.
  • Edema: Pembengkakan, biasanya di tungkai.
  • Edema Anasarka: Edema generalisata di seluruh tubuh.
  • Pucat & Dingin: Tanda gangguan perfusi perifer atau syok.

Berat Badan dan Akses Vaskular

Berat Badan

Parameter krusial untuk menentukan target ultrafiltrasi.

  • Pre HD: Berat badan sebelum memasuki mesin HD.
  • BB Post HD yang lalu: Sebagai referensi untuk mengevaluasi kenaikan BB interdialitik.
  • BB Kering (Dry Weight): Berat badan ideal setelah kelebihan cairan dikeluarkan semua. Ditentukan oleh dokter. Kenaikan BB interdialitik yang disarankan adalah maksimal 2-2,5 kg atau <4-5% dari BB kering.
  • BB Post HD: Berat badan setelah sesi HD selesai. Harus mendekati BB kering.

Akses Vaskular

Jalan akses untuk mengalirkan darah dari tubuh pasien ke mesin dializer dan kembali ke tubuh dengan kecepatan tinggi yang dibutuhkan untuk hemodialisa.

AV-Fistula (Cimino-Brescia)

Penyambungan pembuluh nadi (arteri) langsung ke pembuluh balik (vena) di lengan melalui operasi minor.

Keunggulan:

  • Rekomendasi pertama dan terbaik (Gold Standard).
  • Risiko infeksi rendah karena menggunakan pembuluh darah sendiri.
  • Tahan lama (bisa bertahan tahunan) dan angka penyumbatan lebih rendah.

Kekurangan: Butuh waktu matang (± 4-8 minggu) sebelum bisa dipakai.

Femoral (Kateter Vena Femoralis)

Kateter (selang) plastik lunak yang dimasukkan ke dalam pembuluh balik besar di lipat paha.

Keunggulan:

  • Dapat dipakai segera untuk keadaan darurat.
  • Pemasangan relatif mudah dan cepat.

Kekurangan:

  • Risiko infeksi sangat tinggi.
  • Tidak nyaman, membatasi pergerakan pasien.
  • Hanya untuk sementara (maksimal 3-5 hari) karena risiko komplikasi.
  • Bukan pilihan untuk terapi rutin.

HD KATETER: JENIS DAN LOKASI

HD Kateter adalah akses vaskular sementara berupa selang fleksibel yang dimasukkan ke dalam vena sentral besar untuk melakukan hemodialisa.

Subclavian
  • Lokasi: Dimasukkan di bawah tulang selangka (clavicula), menuju Vena Subclavia.
  • Rekomendasi: DIHINDARI. Berisiko tinggi menyebabkan stenosis (penyempitan) atau trombosis pada vena.
  • Lokasi Kanan/Kiri: Jika terpaksa digunakan, kanan lebih disukai karena jalurnya lebih lurus.
Jugular (Jugularis Internal)
  • Rekomendasi: LEBIH DISUKAI untuk kateter non-tunneled (sementara) atau tunneled (semi-permanen). Risiko stenosis jauh lebih rendah dibandingkan subclavia.
  • Lokasi Kanan/Kiri: Kanan lebih diprioritaskan karena jalur anatomisnya lebih lurus dan langsung menuju jantung.
Femoral
  • Lokasi: Dimasukkan di lipat paha, menuju Vena Femoralis.
  • Rekomendasi: Untuk penggunaan DARURAT atau jangka sangat pendek (≤3-5 hari).
  • Lokasi Kanan/Kiri: Tidak ada preferensi kuat, biasanya dipilih berdasarkan kondisi lokal.

Gizi dan Status Nutrisi

Bagian ini digunakan untuk melakukan skrining dan penilaian status gizi pasien hemodialisa, yang merupakan komponen kritis dalam tata laksana secara keseluruhan. Malnutrisi adalah masalah umum dan serius pada pasien ginjal kronik.

Skor SGA (Subjective Global Assessment)

  • Alat yang digunakan untuk menilai status gizi pasien berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
  • Skor SGA < 6: Menunjukkan Tanpa Malnutrisi atau status gizi baik.
  • Skor SGA 6 - 7: Menunjukkan Malnutrisi ringan hingga sedang.
  • Skor SGA > 7: Menunjukkan Malnutrisi Berat.

Kesimpulan

Berdasarkan skor SGA yang dihasilkan, klinisi menyimpulkan apakah pasien mengalami malnutrisi atau tidak.

Rekomendasi

Bagian ini untuk mencatat rencana tindak lanjut berdasarkan kesimpulan status gizi.

  • Konsultasi ke Ahli Gizi: Untuk pasien dengan skor SGA indicating malnutrisi.
  • Intervensi Nutrisi Spesifik: Peningkatan asupan protein (target 1.2 - 1.3 gram/kg berat badan/hari), suplementasi nutrisi oral (ONS), atau modifikasi diet terkait elektrolit (membatasi kalium, fosfor, dan natrium).
  • Pemantauan Biomarker: Memantau kadar albumin, prealbumin, dan nPCR (normalized Protein Catabolic Rate) sebagai parameter kecukupan dialysis dan asupan protein.

MIS (Malnutrition Inflammation Score)

Alat penilaian yang lebih komprehensif dan tervalidasi secara khusus untuk pasien gagal ginjal, yang menggabungkan penilaian status gizi dengan adanya inflamasi.

  • Skor MIS: Dihitung berdasarkan 10 komponen: 7 komponen dari SGA (modified) dan 3 komponen tambahan (indeks massa tubuh/IMT, kadar albumin serum, dan kadar transferrin serum).
  • Rentang Skor: 0 hingga 30. Skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat malnutrisi dan inflamasi yang lebih parah.

Interpretasi (berdasarkan literatur):

  • Skor 0 - 4: Status gizi dan inflamasi normal/ringan.
  • Skor 5 - 8: Malnutrisi dan inflamasi ringan-sedang.
  • Skor 9 - 15: Malnutrisi dan inflamasi sedang-berat.
  • Skor > 15: Malnutrisi dan inflamasi sangat berat.

Signifikansi Klinis:

Skor MIS yang tinggi tidak hanya mengidentifikasi malnutrisi tetapi juga strongly associated dengan hasil klinis yang buruk, termasuk:

  • Morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.
  • Kualitas hidup yang lebih rendah.
  • Respons yang lebih buruk terhadap terapi seperti Erythropoietin (EPO).

Terapi Tambahan dan Resep HD

Transfusi Darah dan Pemberian Erythropoietin

Transfusi Darah

  • Tujuan: Mengoreksi anemia berat (Hb <7-8 g/dL) atau secara cepat mengatasi kehilangan darah akut dan gejala-gejala yang menyertainya (sesak, lemas ekstrem, angina).
  • Pemberian: Dilakukan selama sesi hemodialisa untuk memudahkan pemantauan reaksi transfusi.
  • Konsekuensi: Risiko kelebihan zat besi, sensitisasi (pembentukan antibodi), dan reaksi transfusi.

Pemberian Erythropoietin (EPO)

  • Tujuan: Mengatasi anemia defisiensi eritropoietin dengan merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah sendiri.
  • Pemberian: Secara intravena atau subkutan selama/sesudah hemodialisa.
  • Target: Mempertahankan kadar hemoglobin dalam rentang 10-11.5 g/dL. Pemantauan ketat diperlukan untuk menghindari risiko thrombosis akibat hemoglobin yang terlalu tinggi.

Resep HD

  • Inisiasi: HD pertama kali.
  • Akut: HD untuk kondisi gagal ginjal akut.
  • Rutin: HD kronik berkala (2-3x/minggu).
  • SLED (Sustained Low-Efficiency Dialysis): HD extended dengan intensitas rendah untuk pasien tidak stabil.
  • TD (Time Duration): Lama sesi HD. Rekomendasi: minimal 4 jam per sesi, 3x seminggu untuk mencapai kecukupan dialysis (Kt/V).
  • QB (Blood Flow Rate): Kecepatan aliran darah. Umumnya 250-400 mL/menit. Semakin tinggi QB, semakin efektif dialysis.
  • QD (Dialysate Flow Rate): Kecepatan aliran dialisat. Standar: 500-800 mL/menit.
  • UF Goal (Ultrafiltration Goal): Jumlah cairan yang akan dikeluarkan. Dihitung dari: BB Pre HD - BB Kering. Rata-rata UF rate tidak boleh melebihi 10-13 mL/kg/jam untuk mencegah hipotensi dan kram.

Dialisat

  • Bicarbonate: Buffer utama dalam dialisat, lebih stabil secara hemodinamik dibanding acetate.
  • Conductivity: Mengukur konsentrasi elektrolit dalam dialisat. Normal: 13.5 - 15.5 mS/cm. Dilakukan kalibrasi rutin.
  • Temperatur: Dikontrol pada 36 - 37.5°C. Suhu lebih rendah (35.5°C) dapat membantu menjaga stabilitas tekanan darah.

Heparinisasi

Untuk mencegah pembekuan dalam sirkuit extracorporeal.

  • Dosis Sirkulasi: Heparin untuk membilas sirkuit sebelum HD (misal: 1000 IU dalam 500 mL NaCl).
  • Dosis Awal (Bolus): Dosis pertama yang disuntikkan. Contoh: 1000-5000 IU.
  • Dosis Maintenance:
    • Continues: Infus kontinyu, misal 500-1500 IU/jam.
    • Intermitten: Bolus berkala.
  • LMWH (Low Molecular Weight Heparin): Alternatif heparin dengan dosis tunggal, misal: 2500-5000 IU.
  • Tanpa Heparin: Untuk pasien risiko perdarahan tinggi. Dilakukan pembilasan dengan NaCl 0.9% 100-250 cc setiap 15-30 menit.

Penyulit Selama HD dan Discharge Planning

Penyulit selama HD

Komplikasi yang terjadi dan perlu ditangani.

  • First Use Syndrome: Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser.
  • Kram Otot: Biasa akibat ultrafiltrasi terlalu cepat atau hipovolemia.
  • Hipotensi: Komplikasi paling umum (20-30% sesi HD). Disebabkan oleh UF berlebihan, hipovolemia, atau makan selama HD.
  • Hipertensi: Disebabkan oleh overload cairan, ketidakseimbangan RAS, atau nyeri.
  • Nyeri Dada: Harus dievaluasi untuk membedakan sebab jantung (iskemia) atau non-jantung.
  • Menggigil/Dingin: Dapat merupakan tanda infeksi, reaksi pirogen, atau penurunan suhu tubuh.

Discharge Planning

Rencana perawatan lanjutan untuk pasien.

  • Edukasi: Pentingnya diet rendah kalium/fosfor/natrium, compliance terhadap jadual HD, dan perawatan akses vaskular.
  • Medikasi: Review obat-obatan yang harus diteruskan di rumah (pengikat fosfat, antihipertensi, EPO, dll).
  • Kontrol: Menjadwalkan kunjungan HD berikutnya dan kontrol ke poliklinik.
  • Pemantauan: Meminta keluarga/pasien memantau tanda bahaya seperti sesak, perdarahan di akses vaskular, atau penurunan kesadaran.